Bab 113
Bab 113
Bab 113
Jelas–jelas dialah ibu mereka, tapi kedua bocah ini...
malah selalu memanjakannya seperti ini.
Selama lima tahun ini.....
Dia sering sekali merasakan kalau dirinya akan jatuh ke dasar jurang, namun nalurinya sebagai seorang ibulah yang memungkinkannya untuk bertahan dan mengatasi berbagai kesulitan, dan menjadikannya seperti dia yang sekarang.
“Xavier sayangku.…”
“Javier sayangku....”
Samara mencium Javier yang berada di kirinya, lalu mencium Xavier yang ada di kanannya, dan kembali berterima kasih kepada Tuhan yang mengasihaninya dan membiarkannya melahirkan sepasang bayi jenius ini.
Javier dan Xavier merasa kasihan pada ibunya ini, jadi mereka kembali membagikan pengetahuan mereka tentang perawatan luka yang mereka dapatkan dari artikel di internet kepada Samara.
“Xavier, bukankah kamu seharusnya berada di lokasi syuting?”
“Setelah mengetahui kamu terluka, saya langsung memberitahu Bibi Winda kalau saya mau pulang, Bibi Winda membantuku mengatur ulang jadwal, dan saya harus kembali sebelum jam 11 malam, lalu melakukan syuting besok.”
Xavier seperti teringat sesuatu, dia kemudian menambahkan : “Ibu, saya ini termasuk apa? Samantha lah pemeran utamanya! Saat dia baru bergabung dengan grup, dia masih terbilang serius, tapi semakin kesini, dia semakin menjadi–jadi.
Dia tidak hanya meminta pemeran pengganti untuk adegan bela diri, tapi untuk adegan musikal juga, beberapa hari ini bahkan sosoknya juga tidak kelihatan, jadi selain adegan close–up, semuanya benar- benar mengandalkan pemeran pengganti dan editan komputer.”
Javier menggerutu : “Wanita itu benar-benar menyia–nyiakan wajahnya yang mirip dengan wajah ibu.....”
Membahas tentang penampilannya, kedua bersaudara itu sudah menebak hubungan Samantha dengan ibu mereka.
Kedua anak ini sebenarnya sangat penasaran, tapi mereka juga tidak pernah menanyakannya.
“Javier, Xavier...” Bulu mata Samara bergerak, tangannya mengepal dengan erat : “Kalian, harus menjaga jarak dengannya, jangan karena dia mirip denganku, jadi kalian menganggap dia sama seperuku.”
“Ibu.”
Javier dan Xavier baru kali ini melihat tatapan mata ibunya memancarkan kebencian yang teramat mendalam.
“Xavier, sepertinya dramamu kali ini akan gagal.” Samara menyeringai.
“Maksud ibu....
“Drama ini tidak akan bisa ditayangkan.” Mata coklat Samara berkilau, lalu dia berkata dengan santai : “Dia...harus membayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”
Asta mengatur hidangan dari Restoran Metroluxe.
Javier makan ayam, Xavier makan ikan, dan Asta benar–benar menyiapkan...bubur untuk Samara.
Melihat kedua anak itu makan daging dengan lahap, Samara mengaduk–aduk mangkuk kecilnya dengan sendok, dan wajahnya terlihat sebal.
“Kalian.....”
Samara yang berniat mengambil beberapa potong daging dari mangkuk dua anak itu, mendapati Asta sedang menatapnya dengan dingin.
“Kamu, bahkan makanan putramu juga kamu rebut?”
Samara menarik kembali tangannya saat pikirannya tertangkap basah dan diungkapkan oleh Asta, dia berkata sambil mendengus : “Bicara sembarangan apa kamu? Saya...saya ini seorang ibu.… bagaimana mungkin?”
Samara memakan buburnya dengan pasrah sambil menarik nafas dalam hatinya.
Javier dan Xavier bertukar pandang dan kesan baik mereka terhadap Asta semakin bertambah.
Setelah makan malam.
Asta mengutus Wilson untuk mengantarkan Javier pulang, dan mengantarkan Xavier ke tempat manajernya. NôvelDrama.Org: text © owner.
Saat menunggu Wilson mengemudikan mobilnya kemari, Javier dan Xavier mengangkat telinga mereka.
“Javier, apa kamu yakin Asta belum pernah melihat wajah asli ibu?”
“Belum.” Javier berkata dengan yakin : “Setiap kali keluar, Ibu selalu mengenakan topeng wajahnya, tidak peduli seberapa tinggi IQ Asta, dia pasti tidak akan menyadarinya.”
“Wajah ibu sekarang penuh dengan bintik–bintik, Asta pasti sudah sangat mencintai Ibu makanya dia terus berada di sisinya!”
“Kak, saya juga merasa seperti itu.” Javier menganggukkan kepalanya : “Kita berdua saja sangat mirip dengan Asta, kalau kita mengatakan kita ini adalah anak kandungnya, mungkin saja akan ada yang percaya?”
“Tentu saja....”
Setelah diingatkan oleh adiknya, Xavier teringat sebuah kemungkinan yang sangat gila.
“Javier, menurutmu, Asta....dia...apakah dia ayah kandung kita?”