Menantu Pahlawan Negara

Bab 653



Bab 653 Datang Kemari Khusus Untuk Tuan Jacky

Seluruh lantai dikejutkan oleh suara gemuruh.

Seketika banyak orang keluar dari dalam kantor karena terkejut.

“Si… siapa yang berani berbicara seperti itu terhadapku, keluarlah!”

Pak Willie sangat marah dan berteriak.

Sebagai pimpinan rumah sakit, dia memiliki kewenangan resmi yang kuat.

Selalu fokus pada wewenangnya.

Dia tentu saja marah setelah dihina seperti ini.

“Aku yang bilang!” Text property © Nôvel(D)ra/ma.Org.

Seorang pria tua dengan rambut abu–abu di pelipisnya, tetapi sangat tegar dan hangat keluar

dari kerumunan.

Wajahnya memerah dan dia menatap Pak Willie dengan tatapan membara.

Kemarahan masih belum mereda.

Pak Farlin–lah yang datang ke rumah sakit bersama Ardika.

“Tua bangka, kamu pikir kamu ini siapa? Beraninya kamu memakiku!?”

Pak Willie sangat marah hingga pembuluh darahnya menonjol.

Dokter Hendrik terkejut setelah melihat pria tua itu dan tiba–tiba berteriak, “Pa… Pak Farlin!”

Satu kalimat langsung membuat seluruh lantai heboh.

“Wah, ini benar–benar Pak Farlin sang ahli ortopedi terkemuka di negara ini!”

“Pak Farlin memimpin timnya kembali dari medan perang luar negeri beberapa waktu lalu dan hal itu diberitakan secara megah oleh berita nasional!”

“Pak Willie sangat sombong, beraninya dia memarahi Pak Farlin. Pak Roberto adalah murid Pak Farlin!”

“Yang terpenting adalah sebagai pemimpin rumah sakit ortopedi, dia bahkan nggak mengenal tokoh yang terkemuka di industri ini. Bukankah ini lelucon?”

Ada banyak orang di tempat, termasuk dokter dan pasien.

Semua orang mengenali identitas Pak Farlin.

Pak Farlin sangat terkenal.

Meski usianya hampir 70 tahun, dia memimpin tim ke medan perang di luar wilayah dengan gagah berant.

Setelah melalui hidup dan mati, dia menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan yang terluka.

Dia telah menyelamatkan nyawa prajurit yang tak terhitung jumlahnya dengan eksploitasi militer yang luar biasa..

Pak Farlin kembali belum lama ini dan disambut dengan sangat megah.

Dia dikenal sebagai sarjana nasional.

Banyak staf medis juga bergegas ke sini dengan penuh semangat.

Sebagai ahli bedah ortopedi, mereka tentunya sangat menghormati pemimpin yang telah memberikan kontribusi besar di bidang ini.

“Halo, Pak Farlin!”

“Kenapa kamu datang ke Kota Banyuli?”

“Apa kamu datang untuk pertukaran akademis di rumah sakit kami? Baguslah kalau begitu, kami harus mendengarkan pidatomu!”

Semua orang menyambut Pak Farlin dengan hangat.

Pak Farlin sama sekali tidak menonjolkan diri dan menjawab sambil tersenyum, “Kalau ada pertanyaan, kita bisa mendiskusikannya nanti. Sekarang ada yang harus kulakukan.”

Semua orang berhenti bicara.

Semua orang menatap Pak Willie.

Pak Willie baru saja memarahi Pak Farlin.

Saat ini Pak Willie benar–benar tercengang.

“Pak Farlin, maafkan aku, aku ….‘

Dia tidak tahu harus berbuat apa dan menatap Pak Farlin dengan wajah ketakutan.

Begitu takutnya hingga tidak bisa berbicara.

Keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhnya.

Pak Farlin mendengus dan berkata kepada siswa di belakangnya tanpa menoleh ke belakang,” Neil, telepon Roberto.”

Neil adalah seorang pria paruh baya.

Dia juga merupakan tokoh top di bidangnya.

Setelah mendengar ini, dia langsung menelepon Roberto sang dekan Rumah Sakit Ortopedi.

Sebenarnya Roberto sudah menerima kabar tersebut, jadi dia bergegas naik lift dari lantai atas dan sampai di lantal ini.

Pak Willie lebih ketakutan setengah mati.

Pak Farlin tidak berbicara dengannya dan langsung memanggil kepala rumah sakit hanya dengan satu panggilan telepon.

Semuanya hanya untuk membereskan Pak Willie.

Dia sudah benar–benar tamat.

Pak Willie langsung menangis, “Pak Farlin, aku salah. Aku nggak bermaksud memarahimu. Mohon maafkan aku!”

“Dasar bajingan, beraninya kamu memarahi Pak Farlin!”

Pak Roberto turun dan kebetulan mendengar ini.

Dia marah begitu mengetahui orang itu berani menghina gurunya.

Pak Willie duduk di lantai sambil menggigil ketakutan.

Citranya benar–benar hilang.

Kali ini Pak Farlin melambaikan tangannya, “Sudahlah, Roberto. Aku sudah menyuruhmu turun bukan karena dia memarahiku.”

Seorang sarjana yang tak tertandingi tidak peduli pada ketenaran dan kekayaan.

Mana mungkin bisa begitu rendah?

Pak Roberto tertegun sejenak sebelum dia teringat sebuah pertanyaan.

“Oh ya, bukankah Anda di Kota Randu? Kenapa Anda datang ke rumah sakit kami? Kami juga nggak ada seminar akademik?”

Roberto bertanya dengan ragu.

Pak Farlin menunjuk ke arah Jacky di kursi roda dan berkata, “Aku datang ke sini khusus untuk merawat kaki Tuan Jacky.”

Tiba–tiba….

Tatapan terkejut yang tak terhitung jumlahnya tertuju pada Jacky.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.