Menantu Pahlawan Negara

Bab 678



Bab 678 Berlutut dengan Menyedihkan

Keluarga Basagita sama sekali tidak percaya kalau Luna tidak berada di Grup Hatari.

Ardika si bajingan ini pasti berbohong kepada mereka dan dengan sengaja mencegah mereka

bertemu Luna.

“Oh, apa kalian kira dia ada di Grup Hatari karena ini?”

Ardika seolah baru menyadari sesuatu, “Aku yang mengemudikan mobil ke sini.”

“Ngapain mengendarai mobil wanita!?”

“Siapa yang menetapkan cuma wanita bisa mengemudikan Maserati?”

“Lalu, kenapa kamu datang ke Grup Hatari sendirian!?”

Ardika tersenyum dan berkata, “Istriku adalah presdir, apa aku nggak boleh datang untuk jalan -jalan kalau senggang?”

“Hari ini Bu Luna memang nggak ada di Grup Hatari. Kami akan menemani Tuan Ardika dalam pemeriksaannya.”

Saat ini Roni sang manajer umum berjalan keluar.

Dia bertanya dengan hormat, “Tuan Ardika, apa kamu masih mau melanjutkan pemeriksaan ke departemen bisnis lainnya?”

“Nggak, aku nggak tahu banyak tentang manajemen perusahaan. Hari ini aku cuma datang untuk melihat–lihat.”

Ardika tersenyum dan berkata, “Suruh seseorang siapkan mobilku, aku mau pulang.”

Tidak lama.

Mobil Maserati dibawa kemari.

Ardika membuka pintu, kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi.

“Ardika benar–benar bajingan. Dia menipu kita dengan begitu keji!”

“Aku benar–benar ingin membunuhnya!”

Saat ini.

Keluarga Basagita kebakaran jenggot dan ingin muntah darah.

Mereka berlutut di Menara Sahid selama satu jam penuh dan dikelilingi oleh banyak orang.

Siapa sangka mereka akan berlutut dengan begitu menyedihkan.

Luna sendiri sama sekali tidak ada di Grup Hatari.

Ardika si bajingan yang mengendarai mobil Luna dan datang ke perusahaan tempat istrinya. menjadi presdir untuk pamer.

Lalu, dia mempermainkan mereka semua.

Mereka sendiri telah melakukan kesalahan besar.

Keluarga Basagita kembali ke rumah lama mereka dengan sedih.

“Tuan Besar Basagita, ‘kan? Kapan kamu akan mengembalikan uang kami?”

Di depan pintu rumah lama, sekelompok orang yang terlihat tidak ramah tiba–tiba menghentikan mereka.

Wisnu sudah marah pada Ardika.

Setelah pulang, mereka bertemu lagi dengan seorang penagih utang dan langsung marah

besar.

“Kembalikan terus! Keluarga Basagita nggak punya uang, semuanya enyah dari sini!”

Plak!

Wisnu langsung ditampar begitu selesai berbicara.

Semua gigi geraham belakangnya tanggal.

“Wisnu!”

Istri Yanto langsung bergegas ke depan sambil menangis.

Kelopak mata semua orang di Keluarga Basagita juga berkedut.

Orang–orang ini sangat kejam. Mereka langsung menyerang begitu merasa tidak terima dan pukulannya sangat kejam.

Orang yang baru saja menyerang.

Tak satu pun master Keluarga Basagita yang lebih kuat darinya.

“Siapa kalian!?”

Tuan Besar Basagita bertanya dengan suara dalam.

“Halo, Tuan Besar Basagita, Aku Hans, pemilik Bank Sentral cabang Kota Banyuli.‘

Seorang pria paruh baya gemuk yang mengenakan kemeja panjang berkata sambil tersenyum.

“Bank Sentral!”

Tuan Besar Basagita terkejut.

Bank Sentral.

Sebenarnya ini adalah organisasi bank dunia preman.

Di dunia preman, Bank Sentral jelas sangat berkuasa.

Skalanya jelas merupakan salah satu yang terbaik di antara bank–bank dunia preman dalam penukaran uang.

Latar belakangnya misterius dan kuat.

Konon banyak keluarga kaya provinsi yang menjadi pemegang saham Bank Sentral.

Ada juga banyak penguasa yang berperan sebagai bawahan dan preman Bank Sentral.

“Siapa di antara kalian yang meminjam uang dari Bank Sentral?” Content © NôvelDrama.Org.

Tatapan dingin Tuan Besar Basagita menyapu semua orang di Keluarga Basagita satu per satu.

“Aku ingin tahu siapa yang meminjam uang pada mereka untuk membantu Keluarga Basagita mengatasi kesulitan saat mengalami masa–masa putus asa.”

Yanto menggelengkan kepalanya.

Yang lain juga menggelengkan kepala, terlihat bingung.

Pak Hans tersenyum dan berkata, “Nggak perlu bertanya lagi, Tuan Besar Basagita. Keluarga Basagita nggak pernah meminjam uang dari kami, tetapi memang benar kalian berutang uang kepada kami.”

“Apa maksudmu, Pak Hans? Berapa banyak utang Keluarga Basagita pada kalian?”

Tuan Besar Basagita bertanya dengan suara dalam.

Pak Hans tersenyum dan menyebutkan jumlahnya, “4 triliun.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.